Anybody is somebody

As anything is something, anywhere is somewhere, anytime is some time, anyway is some way, anyhow is somehow so anyone is someone, anybody is somebody.

Laman

4.11.10

Akar Masalah Korupsi


Pada suatu sessi pelatihan saya lontarkan pertanyaan kepada peserta, "diantara Anda siapa yang waktu sekolah tidak pernah sekalipun nyontek?, tunjukkan jari!". Tidak ada satupun yang menunjukkan jari, (swear termasuk trainernya, he he).  Pertanyaan saya lanjutkan, " Atau siapa yang tidak pernah berbohong pada orang tua?". Juga tidak ada yang angkat tangan tunjukkan jari. Pertanyaan selanjutnya, "waktu pertama kali nyontek, atau berbohong pada orang tua perasaanya bagaimana?" Umumnya jawabanya adalah, "takut sekali, berdebar-debar, merasa berdosa besar, malu sekali pada diri sendiri.  Lalu nyontek untuk yang kedua kali, ketiga kali, dan seterusnya  rasanya sudah menjadi biasa saja, melakukannya bisa dengan sangat tenang. Bahkan, kemudian kalau tidak nyontek rasanya malah gatel." Semua peserta tertawa.

Singkatnya, itulah yang terjadi, mengapa perbuatan setercela korupsi kemudian membudaya. Dari adanya setitik noda hitam di hati, bukan dibersihkan malah ditambah, maka lama-lama menjadi hitam dan susah dibersihkan. Maka jadilah  pembiasaan, dengan ditunjang sedikit modal kemampuan mindsetting, yang berisi sekian banyak pembenaran-pembenaran, korupsi pun dilakukan  dan tidur pun tetap nyenyak, asal tidak ketahuan orang lain.

Walaupun ada banyak hal yang bisa menjadi dan merupakan penyebab terjadinya perbuatan korupsi,  namun pada dasarnya akar masalah korupsi adalah tidak adanya rasa malu pada diri sendiri bila berbuat tercela, dan  juluran akar itu berpangkal pada simpul yang berupa lemahnya iman  atau aqidah pelakunya, pada saat tergelincir melakukan tindak korupsi itu, yaitu keliru mempertuhankan yang bukan Tuhan. Wal hasil rasa malu pada diri sendiri, pada saat itu sedang tidak empowered, tak berdaya.

Pelaku korupsi, sebenarnya lah bukan hanya mereka yang punya jabatan dan berkesempatan. Dijaman orde  baru cenderung centralised, karena kesempatan dan juga pengendalian represif.  Kini, sebagai unintended effect of reformasi, spread out. Sampai2 rakyat jelata pun sebenarnya dalam mindsetting sudah tertanam dasar sikap mental korupsi. Naik kereta api misalnya, kalau bisa tidak usah beli karcis,  kalau ketahuan  bayar saja kondektur nya langsung dengan harga lebih murah. Oleh karena sudah sekuat itu tertanam akar Niat korupsi , maka kemunculannya dalam bentuk perilaku pun tinggal menunggu adanya Kesempatan saja. bahkan proaktif mencari kesempatan, sehingga - seperti teori NK dalam kriminologi, tinggal menunggu kesempatan, maka semudah itulah terjadi tindak korupsi. Sekali lagi, akar masalahnya adalah tidak kokohnya iman.

Objek korupsi tidak selalu berupa hasil akhir yang berupa uang, namun bisa juga energi potensial untuk mendapatkan uang itu, misalnya waktu. Tidak berjerih payah sebanding mau menikmati  hasil  penggunaan energi potensial, yang bukan miliknya. Terprovokasi oleh bisikan untuk greedy, tamak, maunya kerja ringan, dapat hasil besar, maka jadilah sikap mental korupsi ikut menjalar di dalamnya, kalau bisa nggak usah melakukan apa2. Di kantor, santai, tidak menyegerakan menyelesaikan pekerjaan, adalah korupsi. Dengan alasan apapun pada dasarnya diri sendiri, hati nurani, tidak bisa membenarkan.

Manusia sebagai mahluk konsiensia, ber-cipta-rasa-karsa, fitrahnya menghendaki kebersihan hati. Bersihnya hati bisa dicapai dengan  setiap perbuatan yang dipilih ekologis. Ekologis dalam arti semua aspek kemanusiaan dalam dirinya: cipta-rasa-karsa, idividual-sosial, kekhalifahan-kehambaan MENYETUJUI pilihan perbuatan tersebut. Bila ada salah satu saja yang tidak setuju, maka itu artinya tidak ekologis, sebab ada salah satu bagian diri yang menolak, itu akan membuat diri secara keseluruhan tercemar dan merasa tercela. Akar masalah korupsi adalah  binasanya salah satu atau beberapa aspek eksistensi  diri  yang pada dasarnya menolak untuk diajak berbuat  tercela, sehingga berakibat rendahnya integritas, dalam bentuk tipis nya rasa malu  pada diri sendiri bila berbuat tercela. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar