Anybody is somebody

As anything is something, anywhere is somewhere, anytime is some time, anyway is some way, anyhow is somehow so anyone is someone, anybody is somebody.

Laman

17.2.10

Serial Membasmi Semut

Membasmi Semut. Jangan keliru, semut adalah mahluk yang istimewa, hewan yang perilakunya banyak kita teladani. Saya maksudkan dengan "semut" dalam perbincangan ini adalah akronim dari kata semut yang adanya hanya dalam kamus bahasa Inggris. Semut=ANT=Automatic Negative Thought.Ya, Pikiran Negative Otomatis, sebagaimana dijelaskan pada salah satu bab dalam buku Change Your Brain Change Your Life, tulisan Daniel G. Amen MD, pskiater - clinical neuroscientist Caifornia. Apa yang hendak saya kemukakan disini adalah terinsipirasi oleh inti isi buku ini.

ANT Sebagai Akar Masalah. Berbagai kejadian yang tak diharapkan  dalam hidup kita bisa jadi terjadi berawal dari munculnya "semut liar" yang tidak segera dijinakkan. Gangguan suasana hati (mood) dari bete ringan sampai depresi berat, sangat berhubungan dengan merajalelanya berbagai macam jenis "spesies semut liar" dalam benak. Misalnya, baru keluar rumah, ceproot, menginjak genangan air, terlintaslah secara otomatis, sangat tersembunyi dan rahasia di dalam benak, "wah, aku memang selalu sial". Ini adalah salah satu jenis "spesies semut", yaitu "spesies generalisasi berlebihan". Kenapa disebut demikian? "Selalu" berarti tidak pernah tidak. Ini kan memberlakukan kedalam segala hal dan setiap saat, secara berlebihan. Boong besar kan "si semut liar" itu. Selain bohong juga membuat kesimpulan secara semena-mena. Terus, akibat dari terlintasnya pikiran negative seperti itu adalah: "ya sudah, mau berusaha gimana juga percuma, nggak banyak gunanya lah, wong namanya juga SELALU sial".  Selain itu, sangat bisa jadi, dengan suasana hati bete seperti itu serentetan "sial" berikutnya akan mengikuti, misalnya wajahnya menjadi manyun, dan seorang teman yang sebenarnya berniat menawarkan bantuan kecil, tumpangan misalnya, jadi urung niat.

Bantah Dengan Kritis. Coba kita kritisi dengan seksama. Apakah hanya karena menginjak genangan air kesimpulannya adalah "aku selalu sial"?! 1. Kenyataanya apakah hanya "aku"? apakah sekian banyak orang lain tidak pernah menginjak genangan air?!; 2. "Selalu". Apa iya?! Apakah kemaren, kemaren dulu, kemarin lusa, dan besok, besok lusa, setiap hari, setiap saat, "SELALU" begitu; dan 3. "Sial" . Apakah sebutan yang tepat untuk kejadian menginjak genangan air itu adalah "sial". Apakah tidak mungkin diberi "judul" lain. Misalnya, bagaimana kalau kejadian itu dicoba justru diberi judul "mujur". Wah, ngawur, wong jelas sial kok dibilang mujur. Eit, tunggu dulu, "ah, mujurlah aku dengan kejadian ini diingatkan untuk belajar lebih berhati-hati". SubhanalLah, Maha Suci Ia, musibah adalah berkah. Ketika ditimpakan kepada kita suatu musibah, artinya kita sedang dihindarkan dari ditimpakan musibah yang lebih besar.

Atas berbagai keadaan yang terjadi di luar diri kita, setiap saat jenis pikiran apapun melintas dalam benak kita. Ada yang positif, ada yang netral, ada juga yang negatif, termasuk melintasnya si "semut liar" dalam pembicaraan ini. Konon pesan orang bijak, dalam hal ini, agar suasana hati menjadi tenang dan keberuntungan senantiasa menyertai, maka generalisasikan pengalaman yang positif, spesifik-kan pengalaman buruk. Maksudnya? Misalnya mujur dapat tumpangan,"wah, aku memang selalu mujur".(positif, digeneralisasikan). Ketika menginjak genangan air, "oh, kali ini aku menginjak genangan air". GPSN! Generalisasikan yang Positif, Spesifik-kan yang Negatif! Insya alLah yang terjadi dalam hidup ini adalah rangkaian keberuntungan demi keberuntungan.

"Semut liar", atau pikiran otomatis negatif terlintas, boleh saja, namanya juga otomatis. Namun, buru2 lah untuk ingat menyuruh pemangsa semut dalam benak kita beraksi, memangsa, setidak2nya meladeni si semut. Jadi, atas kejadian "ceprot" misalnya, setelah melintas pikiran "aku memang selalu sial", segeralah bantah diri dengan "ah, tidak benar, aku TIDAK selalu sial, kali ini aku memang tidak sengaja menginjak genangan air, dulu juga mungkin pernah, tapi jelas itu tidak berarti bahwa aku SELALU sial. Belum tentu setiap saat.  Orang lain juga banyak yang pernah mengalami kejadian seperti ini. Kali ini aku memang sedang kurang hati2, menginjak genangan air". Peliharalah dan latihlah pemangsa semut agar kompeten dalam "memangsa semut" . Biasakan lakukan bantah diri terhadap pikiran2 negatif yang terlintas. Khusnudzon (positif thinking) membawa keberuntungan.

16.2.10

Inspirational Work Ethic


Yes,! Inspiration leads ones to their goal, one  will journey learning and learning by him/herself from so many abundant resources. As "Murid siap, guru datang", so cultivating the pupil's preparedness - to after that performing a continually selflearning, self improving - is more tactical, especially when giving the detail is constrained by restricted time. "Short Session on Inspiring Soft Skills Development on Inspirational Work Ethic".

Inspired, yes, after this session, at least, the audiences are getting inspired on: "inspirational" work ethic, as complimenting but more sustainable rather than "motivational" ethic. The content would include: understanding the essential (human value) of working, understanding others, empowering empathy, leading with heart, empowering unlimited "human" resources/ human potential within. Short, middle and long term real impact after this session is the teamwork  will be enhanced, synergic interpersonal interaction will be enhanced, profitability will be enhanced, keep on the track of its vision and mission and always attain to its periodical goal.

How to share in the session, is another important aspect to think. As understood that adult learning method would be more effective, so games, role playing, dynamic informative and encouraging sharing interactively twill make the participants' activity as the center of the learning activity. And, because "while being glad" is essential for effective learning, so,  inspiring jokes will make others laugh, glad and happy, while learning something.

11.2.10

Hipnosis

Secara sederhana hipnosis terjadi dengan tahap2: pikiran bawah sadar terakses - akses semakin dalam - sugesti masuk - kembali ke pikiran sadar dengan kondisi baru.

Antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar ada selaput yang membuka dan menutup, yaitu selaput yang disebut RAS (Recticular Activating System). RAS ini terbuka lebar saat kondisi kita relaks, santai, dan fokus pada satu hal tertentu saja. Kondisi tersebut terjadi ketika gelombang otak alfa, yaitu Rotation Per Secondnya rendah. Misalnya saat mengantuk mau tidur, atau masih mengantuk ketika bangun tidur, atau sengaja dialfakan yang disebut dengan prosedur relaksasi, yaitu dengan cara bernafas tertentu, mengistirahatkan kerja otak sadar. 

Cara mengakses pikiran bawah sadar adalah dengan membuka RAS. RAS seseorang terbuka paling lebar dalam keadaan tidur. Tetapi dalam keadaan tidur (gelombang otak Delta atau Theta) panca indera tidak bekerja, sedangkan panca indera itu diperlukan untuk memasukkan sugesti. Panca Indera - yang berupa VAKOG - tetap bekerja adalah salah satu syarat lain untuk terjadinya hipnosis. VAKOG = Visual~Auditory~ Kinestetik~ Olvactory~ Gustactory.

Terbukanya RAS bisa juga terjadi dalam waktu sangat singkat. Misalnya ketika seseorang terkejut, misalnya karena ditepuk bahunya tiba2 oleh seseorang dari belakang, atau ketika kesakitan,pada waktu seseorang mengalami puncak kenikmatan orgasme. Saat2 singkat seperti itu efektif untuk dimasukkannya sugesti.

Pikiran bawah sadar berisi memori ibarat hard disk. Memori baru yang diperlukan bisa diinstall. Susunannya bisa didefragment, sampah2 memori bisa diclean up.

Bagaimana caranya memanfaatkan pikiran bawah sadar, untuk diri sendiri maupun orang lain? jawaban singkatnya: adalah rileks, santai, istirahatkan pikiran sadar, biarkan pikiran bekerja sendiri.

Tanpa kita sendiri maui pikiran bawah sadar selalu aktif, dan akan bekerja sendiri manakala diperlukan, berhubungan dengan situasi yang kita hadapi. Jadi, pertanyaanya bukan "bagaimana caranya mengaktifkannya" melainkan bagaimana caranya mengaksesnya, mengeluarkan materi2 pikiran yang tidak diperlukan, dan memasukkan materi2 pikiran baru berupa sugesti yang bakal menjadi penggerak otomatis kita.



Hypnotic Kalimat Thoybah

Dalam ajaran Islam ada tuntunan untuk mengucapkan kalimat2 thoybah, kata-kata yang baik. Ketika lupa sesuatu, atau terkejut misalnya, diajarkan untuk berucap "subhanalLah", maha suci AlLah. Mengalami musibah, maupun berkah, walaupun kecil, berucap "inna lilLahi wa inna ilaihi rojiun", sungguh semua perkara asalnya dari AlLah, dan sungguh karena itu, kepada Allah terpulang kembali”. Mengalami nikmat, misalnya bersin, "alhamdulilLah", puji hanya bagi AlLah.

Orang latah mengucapkan kata2 lain, misalnya, “anakku!”, "e copot!", atau kadang2 maaf mengumpat dengan kata2 kotor.

Ditilik dari kajian tentang hipnosis, dalam keadaan lupa, seketika ketika tertimpa musibah, mengalami kenikmatan, seseorang mengalami apa yang disebut trance.  Dalam keadaan trance RAS terbuka lebar, dan inputan akan masuk langsung ke subconcious, kemudian RAS tertutup lagi. Maka bisa diperkirakan, inputan yang masuk tersebut akan merupakan "sugesti" ke pikiran bawah sadar ketika kata-kata itu diucapkan, dan apa pula efeknya nanti dalam perilaku sehari-hari, yang sumber programnya 88% ada di pikiran bawah sadar.

Pengucapan kalimat thoybah, maupun terucapnya kata2 umpatan ketika mengalami situasi2 terbukanya RAS itu, semakin sering diulang semakin kuat, dan semakin otomatis.

7.2.10

NLP, Hypnosis, SEFT for Empowerment



Tidak ada orang yang ingin hidupnya menderita.Semua orang menginginkan hidup bahagia. Namun kenyataannya tidak sedikit orang yang mengalami kendala untuk bisa merasakan kebahagiaan. Terkadang bahkan untuk sekedar menjalani hidup wajar atau normal, terkendala oleh pola perilaku yang kurang kondusif untuk bisa merasakan nikmatnya kehidupan yang bahagia, berupa kadar perasaan harga diri dan kepercayaan diri yang kurang memadai, kadar takut yang berlebihan, kesulitan memastikan arah masa depan. Ibarat mobil itu semua adalah terganggunya fungsi rem, gas, dan kemudi, sehingga wajar saja kalau mobil berjalan tersendat-sendat dan terseok-seok.

Pola perilaku yang kondusif untuk merasakan kebahagiaan. Berdasarkan pemahaman saya tentang pendekatan pengkajian tentang kaidah kerja otak (how brain works) yang dikenal dengan NLP (Neuro Linguistic Programming), setiap perilaku seseorang, adalah dilatarbelakangi oleh penguasaan dirinya oleh pikirannya sendiri. Pikiran yang menguasai tersebut terutama adalah pikiran-pikiran yang tidak disadari (tertanam di bawah sadar). Akumulasi pikiran bawah sadar membentuk konsep diri, image diri, citra diri atau yang secara keseluruhan bisa disebut sebagai “kepribadian” atau “personality”. Ibarat piranti lunak system computer, personality terinstall sebagai program, mengendalikan dan mengatur setiap perilaku seseorang dalam merespon setiap stimulus external (dari luar dirinya) maupun internal (dari dalam dirinya sendiri). Kebahagiaan atau penderitaan hidup seseorang adalah karena terkendalikan oleh program “kepribadian bahagia” atau “kepribadian menderita” yang terinstall di dalam pikiran bawah sadar.

Kepribadian, apakah bisa dirubah atau ditata ulang? Ungkapan “… sudahlah, orangnya memang begitu…” , ini adalah salah satu contoh ungkapan skeptic yang sering kita dengar, yang mewakili pandangan bahwa kepribadian tidak bisa berubah. Kepribadian yang salah satu unsurnya adalah mindset .  Kita diwajibkan untuk belajar dari sejak ayunan hingga mau masuk liang lahat. Dibalik diwajibkannya manusia untuk belajar seumur hidup itu, PASTI lah terkandung janji bahwa selagi hayat masih dikandung badan, perubahan itu mungkin terjadi, termasuk berubahnya kepribadian. Mungkin justru aneh kalau seseorang kok kepribadiannya tetap, tidak berobah, sebab perkembangan seseorang  adalah terjadinya perobahan kepribadian yang terus menerus.

Dan kabar gembira lainnya adalah bahwa mindset yang tidak menguntungkan  yang sudah terinstall di bawah sadar, maka bagaikan software computer bisa pula di “uninstall”, atau diupdate, atau diganti. Isi pikiran bawah sadar dapat dibenahi, yakni dengan memanfaatkan rahasia yang ada pada kaidah alam (sunatulLah) yang berlaku dalam hal hubungan2 antara pikiran (mind), tubuh (body) dan perilaku (behavior) manusia, yang kini semakin terkuak. Ilmu terapan, pemudah untuk merubah  mindset, guna mengatasi kendala yang menghambat arah keberhasilan seseorang, pun juga telah dan terus berkembang., diantaranya adalah NLP (Neuro Linguistic Programming), hypnosis, dan juga, salah satu cabang psikologi, yaitu psikologi energi, yang memanfaatkan system energi tubuh. Perkembangan Psikologi Energi (bisa dilihat di: www.energypsychologytherapy.com) saat ini telah berkembang dan tersedia teknik terapannya dengan nama EFT: Emotion Freedom Technique (www.emofree.com), dan di Indonesia dikembangkan oleh seorang pengkaji yang bersungguh-sungguh, Ahmad Faiz Zainuddin, lulusan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, yang telah mengembangkannya menjadi SEFT: Spiritual Emotional Freedom Technique, (www.logos.co.id) .

Kini banyak tersedia kesempatan untuk membenahi kepribadian diri, yakni melalui  pengkondisian mindset  dengan teknik2 diatas. Dengan kekhasan cara masing2, diberikan oleh para pengkaji yang bersungguh-sungguh, NLP, hypnosis, dan juga SEFT yang dewasa ini semakin meluas pengkajian dan penerapannya, hemat saya adalah berkah yang luar biasa yang merupakan penjelas dan pembuka pemahaman atas hukum alam (sunatulLah) yang berlaku atas manusia, ciptaan yang dikarunia potensi untuk menjadi sempurna. Pada berbagai pelatihan yang merupakan bagian dari soft skill mendasar ini, umumnya dilatihkan praktek cara melakukan hypnosis maupun self hypnosis, self healing untuk tujuan membersihkan kendala2 sehat mental yang berupa sampah2 emosi, luka2 batin (uninstall), dan kemudian menanamkan (install) ke pikiran bawah sadar masukan2 yang bakal menjadi mindset yang merupakan dasar kepribadian yang sehat, sehingga kondusif untuk hidup dengan perasaan nyaman, siap menjalani hidup sehat, sukses, bahagia dan bermakna.

Menurut saya, keluar-biasaan teknik-teknik yang saya sebut tadi, barulah sebagian kecil dari rahasia besar. Rahasia besar, yang secara wahyu adalah pasti dan bukan rahasia, itu kini tengah dan terus dicoba pahami melalui cara kebersamaan dinamis oleh ummat manusia … to be continued …

5.2.10

Parenting

Membawakan sessi Parenting, bagi saya selalu mendebarkan. Bagaimana tidak, saya sendiri sebagai ayah dari 3 anak rasanya  jauh dari efektif. Dengan bekal BismilLah, sambil mengasah bekal untuk keperluan diri sendiri, dan niatan bahwa sedikit ilmu yang kutahu ini akan lebih bermanfaat dibagi daripada kusimpan sendiri, dan yang paling mebuat saya berani adalah kemantapan bahwa dengan sharing itulah sebenarnya saya sendiri sedang belajar. Setiap kali di akhir sessi mendapati peserta dengan wajah tercerahkan, dan memberikan applause berulang dan berulang, saya hanya bersyukur dan berharap insyaalLah apa yang saya share setidaknya inspiring. Selebihnya yang tertinggal adalah harapan dan tantangan, I wish I can walk my talk, mudah2an saya sendiri bisa mengamalkan apa yang saya katakan.

Apa yang saya coba tularkan dengan cara ceramah, game juga role play, adalah pengetahuan dan sebatas penguasaan saya mengenai bagaimana menerapkan pola asuh demokratis; menghindarkan distorsi dalam berkomunikasi dengan anak; teknik mendengar aktif; berempati; teknik coaching dan counseling yang efektif untuk anak; rahasia teknik mendongeng untuk menanamkan nilai2 ahlak terpuji.

Keberanian saya membawakan sessi parenting terdukung juga oleh skripsi S1, yang meneliti tentang hubungan antara pola asuh demokratis dengan pembentukan kepribadian wiraswasta. Dengan populasi remaja akhir, hipotesis terbukti, yakni bahwa semakin tinggi persepsi bahwa orang tuanya demokratis maka semakin tinggi pula jiwa wiraswasta pada remaja.

Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua ada tiga macam: otoriter; demokratis. dan permissive. Berbagai perlakuan orang tua terhadap anak adalah berurusan dengan 4 aspek, yaitu Pandangan tentang anak, Komunikasi, Penanaman kedisiplinan, dan Pemenuhan kebutuhan anak.


Otoriter
Pada pola asuh otoriter orang tua berpandangan bahwa anak adalah individu yang sama sekali tidak bisa mendidik dirinya sendiri, untuk berkembang menjadi pribadi yang baik harus disuruh, diperintah dan didikte oleh orang tua dan anak harus patuh. Komunikasi searah, hanya dari orang tua kepada anak, dan isinya kalau bukan dikte, paksaan, perintah, ya larangan. Pendisiplinan: Peraturan2 dibuat sepihak oleh orang tua, tanpa penjelasan, dan harus dipatuhi, kalau tidak dihukum.Dan dalam hal Pemenuhan kebutuhan, kebutuhan2 anak dipenuhi sepihak oleh orang tua, tanpa memperhatikan aspirasi anak.


Berdasarkan berbagai penelitian, pengaruh pola asuh Otoriter: anak berkembang menjadi pribadi yang pasif, kurang inisiatip, impulsif, tidak ramah, tidak puas, curiga, menarik diri, tertekan, gugup, ragu-ragu, membangkang, menentang wibawa, penakut, penurut, tergantung, lambat matang, pemalu, kurang sensitif, kurang bijaksana, kurang pertimbangan, kurang disukai.

Permissive
Pola Asuh Permissive dilatari oleh pandangan orang tua bahwa anak adalah pribadi yang sepenuhnya bisa bertanggungjawab pada perbuatannya sendiri dan bisa mendidik dirinya sendiri. Untuk berkembang cukup dengan diberikan kebebasan sepenuhnya. Dalam hal komunikasi yang terjadi adalah searah, hanya dari anak saja, dan isinya kalau bukan permintaan, rengekan, kadang pemaksaan dari anak. Dalam hal pembiasaan disiplin: Tidak ada peraturan, tidak ada hukuman, yang ada hanya reward agar anak selalu senang. Semua permintaan anak dipenuhi tanpa kritis apakah itu kebutuhan atau keinginan.


Pola asuh Permissive membuat anak kurang berinisiatip, kurang pede, impulsif, emosi labil, tidak tertib, tidak dapat dipimpin, tidak dapat memimpin, menentang, sulit bekerjasama, aleman, berekspresi terlalu bebas, kurang mampu bekerja sendiri, tidak puas diri, mudah kecewa, mudah putus asa, kurang menghargai, kurang bertanggungjawab, curigaan.

Demokratis
Sedang pada Pola Asuh Demokratis, orang tua berpandangan bahwa anak adalah pribadi yang pada dasarnya bisa mendidik dirinya sendiri, namun demikian untuk berkembang menjadi pribadi yang baik tetap membutuhkan pemandu. Dalam hal komunikasi: Orang tua mengembangkan komunikasi dua arah, saling mengemukan pendapat dan saling menanggapi. Kebiasaan disiplin ditanamkan dengan menjelaskan setiap peraturan dengan penjelasan mengapa, reward untuk hal yang positif lebih ditekankan daripada punishment. Hukuman dilaksanakan dengan kerelaan anak menjalaninya karena kesadaran demi kebaikan dirinya sendiri. Berbagai kebutuhan anak dipenuhi dengan didiskusikan dua pihak, dan dibicarakan secara kritis mana yang harus dipenuhi segera dan mana yang dapat ditunda berdasarkan apakah itu kebutuhan atau keinginan.

Sedang pola asuh Demokratis terbukti menjadikan anak berkembang menjadi pridadi yang aktif, berinisiatif, percaya diri, matang, tingkah laku rasional dan berdasarkan suara hati, mampu berintrospeksi dan bias memahami orang lain, mudah menyesuaikan diri, merasa bersalah bila timbul dorongan negatif, emosi stabil, bijaksana, hati-hati, mampu bertanggung-jawab, terbuka terhadap kritik.

3.2.10

Training For Internal Trainer

Perusahaan pada umumnya memberikan kesempatan kepada semua karyawan, bukan saja dari bagian HRD, namun juga dari bagian-bagian lain, untuk, selain melaksanakan main job-nya, juga menjadi seorang trainer, yakni memberikan training untuk bawahannya sendiri maupun untuk memberikan materi dalam in house training untuk karyawan dari bagian2 lain.

Kemampuan memberikan training, bagi seseorang karyawan, akan merupakan nilai tambah yang menunjang karir dan kesempatannya untuk memberikan kontribusi yang lebih optimal pada Perusahaan.

Seseorang karyawan mungkin kompeten dalam suatu bidang, dan dengan demikian diharapkan dapat menularkan kompetensinya tersebut dengan mengajarkannya kepada karyawan lain. Namun, mengajar ternyata belum tentu merupakan hal yang selalu dirasa mudah bagi setiap orang. Agar lebih efektif, selain mengandalkan commonsense, diperlukan knowledge dan skill yang memadai mengenai cara mengajar. Selanjutnya, seiring dengan jam terbang praktek mengajar dan menghadapi setiap tantangan dalam berbagai bentuknya, seseorang akan lebih dapat diharapkan mengembangkan kompetensinya sebagai trainer.

Training For The Trainer (TFT), adalah pelatihan sehari yang dimaksud untuk membekali dasar2 pengembangan kompetensi sebagai trainer, untuk siapapun yang salah satu tugasnya, baik sebagai main job maupun other job-nya, adalah memberikan training (instructing). TFT dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas instructing, yakni dengan mengajak peserta memahami rahasia bagaimana proses belajar yang efektif terjadi pada peserta pelatihan, memahami gaya diri sebagai trainer, mengidentifikasi tipe2 gaya belajar peserta, pemanfaatan kaidah2 “how our brain works”, penerapan experiental learning, dan lain-lain hal yang harus diperhatikan oleh seorang trainer.

Materi: Mengolah Kompetensi Diri Sebagai Trainer; Kajian Ringkas Teori Psikologi tentang Belajar; Memahami Konsep Andragogi (Pendidikan untuk orang dewasa); Penerapan Andragogi (Falsafah Pendidikan Orang Dewasa) dalam training; Strategi Mencapai Target Training: Designing, Syllabus; Menentukan metode, Media, game dan alat2; Mengenali Gaya Effektif Mengajar Diri; Matching Gaya Mengajar Diri dan gaya belajar peserta.

Pendidikan mestinya BUKAN berpusat pengajar dan kegiatan mengajar, melainkan seharusnya berpusat pada pembelajar dan proses belajar. Akar kata "Education" adalah "duca" (Perancis), yang artinya "to pull". Dalam TFT ini penyampaian materi2 juga diberikan secara andragogis. Penekanan bukan pada kegiatan mengajar, namun pada aktivitas belajar. Mitra belajar bukan bertindak sebagai layaknya seorang guru yang menggurui, namun sebagai pendamping, yang memandu, menuntun peserta menemukan sendiri kesimpulan belajarnya. Fasilitator, informator, dan motivator. Selain itu peserta akan menjalani proses belajar yang mengalir, bukan hanya learning dan inspiring, namun sekaligus juga entertaining, dengan demikian berkesempatan melihat dan mengalami sendiri, dan membedah sendiri tentang bagaimana suatu proses perobahan peningkatan kompetensi terjadi melalui training.

Team Building Session


Manusia adalah mahluk sosial dimana dirinya baru berfungsi efektif apabila berhasil menjalin hubungan saling interaksi dan an tara kemandirian dengan ketergantungan dipadukan menjadi saling ketergantungan (interdependensi).

Setiap orang tentu menginginkan kelompok kerja yang efektif, produktif dan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok maupun individu setiap anggotanya. Oleh karena suatu organisasi pasti beranggotakan orang-orang dengan berbagai macam latar belakang adat, kebiasaan, cara pandang, pola pikir, cara bertindak, sifat, pendek kata orang-orang dengan kepribadian yang berbeda-beda, maka keharmonisan dalam berinteraksi antar pribadi merupakan hal yang kadang tidak terlalu gampang untuk diciptakan. Padahal hal tersebut merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam keberhasilan suatu organisasi.

Perpaduan antara banyak orang yang berbeda, menjadi suatu kerja sama team yang kompak, pada akhirnya akan dinikmati oleh setiap individu didalamnya, dimana setiap kelebihan setiap orang dapat diaktualisasikan dan setiap kelemahan setiap orang dapat diantisipasi dalam kelompok.

Team Building Session, disebut ”Session” karena bukan sekedar pelatihan, melainkan sekaligus praktek. Ini adalah session untuk kelompok, dimaksudkan untuk diikuti oleh semua karyawan dari suatu bagian tanpa melihat jenjang jabatannya. TBS dimungkinkan dikemas dan disajikan dalam berbagai bentuk: one day indoor, outdoor, sampai dengan high impact three days outbound.

Perlunya Team Building Session di suatu organisasi, pada umumnya adalah untuk: Meningkatkan kelancaran komunikasi; Menciptakan tempat kerja lebih menyenangkan; Menjaga kelanggengan kinerja team yang unggul, Saling mengenal lebih baik; membuat semua anggota team menuju kearah yang sama, menganalisa Team-TOWS (Threat, Opprotunities, Weaknesses and Strengths); Mengenali kelebihan dan keterbatasan setiap anggota team.

Materi disesuaikan kebutuhan: Ilmu dan Seni Kerjasama; Social Soft Skill; kajian psikologi tentang kepribadian dan kesehatan mental; Interpersonal Interaction; Understanding Others; Paradigm Change and Flexibility; Dinamika Kelompok: Forming-Storming-Norming-Performing; Managing Conflict; Sustaining Excellent Team Performance with Cooperativeness and Competitiveness; DiSC/ CSPM (Choleris-Sanguinis-Phlegmatis-Melancholis) for Team Cohessiveness; Building TRUST; Team Problem Solving; Team Goal Setting; dll.

FST (Fundamental Supervisory Training)

Atasan pada lini manapun, tidak terkecuali pada dari layer foreman atau floorshop, adalah ujung tombak di lini depan (front line) organisasi, yang dipercaya untuk merealisasikan rencana produksi dengan mengelola semua sumber daya bahan baku, mesin, waktu, anggaran, dan SDM. Selain keharusan untuk menguasai teknis pekerjaannya, setiap atasan dituntut untuk memiliki kompetensi nonteknis yakni ketrampilan berhubungan antar manusia, maupun intrapersonal, dan menuntut adanya sikap kepemimpinan, kemampuan mengawasi anak buah, mengelola waktu dan kemampuan problem solving yang memadai.

Fundamental Supervisory Training (FST) adalah suatu paket pelatihan dua hari untuk memperkuat sikap dasar kepemimpinan, managerial serta meningkatkan ketrampilan lunak (soft skill) dalam berkomunikasi, menggalang kerjasama team, mengatur waktu dengan berorientasi pada produktivitas. FST dikembangkan berdasarkan berbagai khasanah yang berkembang dari aplikasi ilmu managemen dan pengkajian tentang pengembangan diri yang terus berkembang, seperti Achievement Motivation Training, Pengembangan Kebiasaan Efektif, Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, Managemen Qalbu, dan lain-lain.

Supervisory Training ini dimaksudkan untuk diberikan pada para atasan pemula, yaitu karyawan2 yang oleh perusahaan mulai atau akan diberikan kepercayaan untuk menjabat sebagai atasan, agar lebih dari sekedar mendayagunakan commonsensenya, juga mempunyai bekal managerial skill dari pendekatan ilmu management yang terus berkembang. Untuk efektifitas pelatihan, jumlah peserta dalam satu Batch Pelatihan maximum adalah 20 orang.

Metode dan Materi FST: experiental learning dengan games, role playing dan workshop dengan kajian teori tentang Kepengawasan (Supervisory), Kepemimpinan (Leadership), Interaksi Interpersonal dalam Pekerjaan; Coaching & Counseling untuk pembinaan bawahan, Kerjasama Team, Manajemen Waktu, Problem Solving; Pengenalan SWOT diri, Komitmen Diri sebagai seorang atasan.

Video di bawah ini adalah contoh role playing tentang bagaimana menangani complain bawahan.